Dalam falsafah jawa setiap perjalanan hidup manusia akan melalui sembilan tahapan yang disebut wo songo (W-9). Adapun setiap tahapan itu didasarkan pada setiap windu (delapan tahun) hidup manusia yaitu :
- Windu ke-1 = WAREG atau kenyang. Dimana pada manusia/anak berumur 0-8 tahun hanya mengenal “perut kenyang”. Penganan menjadi ajang pemenuhan selera yang menuntut rogohan sejumlah nilai input bagi para seniornya.
- Windu ke-2 =WARAS atau sehat. Seorang manusia/anak berumur 8-16 tahun, kehidupan mereka terkonsentrasi pada permainan hidup.Pada tahapan ini manusia akan menuntut dan memperhatikan kesehatannya karena pada tahapan itulah seorang manusia melewati fase pertumbuhan fisik yang sangat pesat juga merupakan usia akil baligh yang merupakan peralihan dari kanak kanak menuju manusia dewasa.
- Windu ke-3 = WANI atau berani. Umur 16-24 tahun merupakan saat-saat penampilan diri yang bersifat belum stabil, agresifitas relatif lebih menonjol.Biasanya pada tahapan ini manusia akan mulai berani bersikap tanpa berpikir matang karena yang lebih dominan atau sisi keberaniannya.
- Windu ke-4 = WASIS = kenal diri. Usia 24-32 tahun bagi kawula muda Jawa wajib untuk menyelami siapa sesungguhnya mereka. Introspeksi jadi syarat utama dalam menjalani kehidupan berikutnya. Ketidak-fahaman siapa diri dapat berefek negatif yang nampak nanti ketika mereka telah dewasa.
- Windu ke-5 = WAKUL atau cari kerja. Umur 32-40 tahun adalah saat-saat kritis dalam penentuan hari depan. Apabila lebih dari umur 40 tahun belum juga memperoleh perkerjaan, alamat pihak bersangkutan akan menyusahkan stabilitas lingkungannya.
- Windu ke-6 = WOMAH atau bikin rumah dan ataupun punya rumah. Usia 40-48 tahun kawula muda Jawa wajib memiliki rumah sendiri. Bila lebih dari umur 48 tahun belum juga memiliki rumah, mereka akan merongrong kerabat disekitarnya. Falsafah Sang Pujangga sangat dalam, betapa kawula muda Jawa dituntut suatu tanggung-jawab selama meniti kehidupan.
- Windu ke-7 = WIDODO atau sejahtera. Umur 48-56 tahun merupakan kurun waktu tatanan hidup bahagia. Mengapa tidak, mengingat pihak bersangkutan pada dasarnya telah mempunyai tempat hunian yang tetap dan telah bekerja dengan baik. Mari disimak ketika seseorang memasuki masa pensiun di usia 55-56 tahun, bahwa ia telah membaktikan diri pada negerinya tercinta itu dengan sebaik-baiknya.
- Windu ke-8 = WELING atau darma bakti terhadap lingkungan. Usia 56-64 tahun merupakan saat-saat indah bagi masyarakat Jawa dalam sumbangsihnya pada alam lingkungannya. Turut serta mendirikan rumah ibadah, menangani fakir-miskin, dan kegiatan sosial lainnya menjadi ciri kuat. Sedikit banyaknya responsibilitas akan lingkungannya signifikan.
- Windu ke-9 = WANGSUL atau pulang. Umur 64-72 tahun berada pada kurun waktu harus lebih dekat lagi dengan Sang KHALIK. Bagaimanapun juga ia bukan apa-apa dan harus sudah tahu diri. Dibalik sana menunggu era baru yang harus dijalani dengan suatu catatan dituntut pertanggung-jawabannya selama eksis.
Nah looooooo .. makanya mulai sekarang, banyak banyak weling alias introspeksi deh, supaya lebih barokah jalan menuju wangsul alias pulang .............