Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu “pa, mama bilang papa mau baca untuk Nita” Papanya mulai agak kesal, “nita papa sibuk, sekarang Nita suruh mama baca ya” “Pa, mama cibuk terus, papa liat gambarnya lucu-lucu”,
“Lain kali Anita, sana! papa lagi banyak kerjaan” Papanya berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Anita menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi.
“Pa,.. gambarnya bagus, papa pasti suka”, “Anita, PAPA BILANG, LAIN KALI!!” kata Papanya membentaknya dengan keras, Kali ini Papanya berhasil, semangat Anita kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi papanya.
“Iya pa,. lain kali ya pa?” Ia masih sempat mendekati papanya dan sambil menyentuh lembut tangan papanya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Papa.“Pa kalau papa ada waktu, papa baca keras-keras ya pa, supaya Anita bisa denger”.
Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Anita kecil tidak pernah terpenuhi, buku cerita Peri Imut, belum pernah dibacakan bagi dirinya. Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras “Buukk!!” beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Anita kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabuk yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan rumahnya.
Tubuh Anita mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance didatangkan secepatnya, selama perjalanan menuju rumah sakit, Anita kecil sempat berkata dengan begitu lirih“Nita takut Pa, Nita takut Ma, Nita sayang papa mama” darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat. Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani sang Papa,
Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana pun tidak terpenuhi.
Masih segar terbayang dalam ingatan sang Papa tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita,kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali, “papa baca keras-keras ya Pa, supaya Anita bisa denger” kata-kata Anita terngiang-ngiang kembali.
Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang gadis kecil tidak akan terdengar lagi, Sang papa mulai membuka buku cerita peri imut yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Anita di pojok ruangan.
Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari gadis kecilnya.
Sang Papa menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan suara keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia terus membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata.
“Nita dengar papa baca ya” selang beberapa kata, hatinya memohon lagi “Nita papa mohon ampun nak” “papa sayang Nita” Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu sang Papa bersujut dan menangis,memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai.
"Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita, ia selalu memberi perhatian kepada kita karena ia peduli kepada kita. Adakah “perhatian terbaik” itu begitu mahal bagi mereka? Berikan “perhatian terbaik” walaupun itu hanya sekali, bukankah kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu sangat berharga ?
Maka berikanlah “perhatian terbaik” bagi mereka yang kita cintai. Lakukan sekarang !! Karena hanya ada satu kesempatan untuk memperhatikan dengan hati kita".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar